Diabetes melitus atau penyakit gula atau yang
kita kenal juga sebagai penyakit kencing manis ini adalah penyakit yang sering
kita temukan dilingkungan kita atau juga dikeluarga kita sendiri.
terbukti dari laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang
menunjukkan prevalensi diabetes mellitus pada penduduk dewasa Indonesia sebesar
6,9% di tahun 2013, dan melonjak pesat ke angka 8,5% di tahun 2018. Organisasi
kesehatan dunia, World Health Organization (WHO), bahkan
memprediksikan penyakit diabetes mellitus akan menimpa lebih dari 21 juta
penduduk Indonesia di tahun 2030.
Ancaman diabetes melitus tentunya menjadi salah satu masalah
kesehatan utama yang menyedot perhatian besar di Indonesia.
Defenisi
Diabetes Melitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai
oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hyperglikemia (Smeltzer S,Bare
B,2001)
Diabetes Melitus tipe II merupakan
tipe diabetes yang paling banyak ditemukan (lebih dari 90 %), juga sering
disebut diabetes yang dimulai pada masa dewasa, dikenal sebagai NIDDM (Non
Insulin Dependent Diabetes Mellitus). Tanpa intervensi yang efektif, kekerapan
diabetes melitus tipe II akan meningkat disebabkan oleh berbagai sebab hal misalnya bertambahnya
usia harapan hidup, berkurangnya gerak dan pola makan tidak sehat.
Penyebab
Pola hidup dan makan sekarang ini disinyalir
menjadi pemicu timbulnya Diabetes Melitus, berikut ini beberapa penyebab
diabetes melitus (Mistra,2004)
- Diabetes
melitus merupakan penyakit degeneratif yang disebabkan oleh perubahan gaya
hidup tidak sehat, lingkungan, dan usia.
- Pola makan
yang beruba kearah makanan cepat saji (instant) yang memiliki gengsi dan lemak
tinggi dibandingkan makanan alamiah.
-
Perokok
-
Adanya
riwayat keluarga yang terkena diabetes melitus (turunan)
-
Stress
menghadapi hidup atau persoalan lain
-
Kegemukan
Patofisilogi
Pada diabetes melitus tipe 2 jumlah
insulin normal, malah mungkin lebih banyak tetapi jumlah reseptor insulin yang
terdapat pada permukaan sel yang kurang. Reseptor insulin ini dapat diibaratkan
sebagai lubang kunci yang kurang sehingga meskipun anak kunci (insulin) banyak
tetapi karena lubang kuncinya (reseptor) kurang, maka glukosa yang masuk
kedalam sel akan sedikit, sehingga sel akan kekurangan bahan bakar (glukosa)
dan glukosa di dalam pembuluh darah meningkat. Dengan demikian keadaan ini sama
dengan pada diabetes melitus tipe
I. perbedaan adalah diabetes melitus
tipe 2 disamping kadar glukosa tinggi, juga kadar insulin tinggi atau normal.
Keadaan ini disebut resistensi insulin (Soegondo S. dkk, 2004)
Tanda
dan Gejala
Gejala klasik
penyakit diabetes melitus, dikenal dengan istilah trio-P, yaitu:
a. Poliuria (banyak kencing).
b. Polidipsi (banyak minum).
c. Polipagia (banyak makan).
Gejala-gejala yang biasa tampak
pada penderita diabetes melitus adalah sebagai berikut:
a. Adanya perasaan haus yang terus menerus.
b. Sering buang air kecil (kencing) dan jumlah
yang banyak.
c. Timbul rasa letih yang tidak dapat dijelaskan
sebabnya.
d. Timbulnya rasa gatal dan peradangan kulit yang
menahun.
Komplikasi Diabetes Melitus
Komplikasi yang mungkin terjadi pada saat terkena diabetes melitus:
a. Gangguan atau kerusakan jantung
b. Gangguan saraf otot yang menyebabkan stroke
c. Gangguan kelamin, impotensi, atau disfungsi ereksi
d. Gangguan atau kerusakan paru-paru (TBC)
e. Gangguan atau kerusakan saraf tepi pada bagian
tubuh sehingga sering kesemutan atau pegal-pegal.
f. Gangguan atau kerusakan ginjal yang bisa
berakhir dengan gagal ginjal.
g. Gangguan atau kerusakan mata seperti katarak
atau kebutaan total (retinopati).
h. Ganggren atau luka terus membusuk dan kadang
berujung pada vonis amputasi.
Terapi Diabetes Melitus
Terapi
terbaru bagi penatalaksanaan diabetes mellitus dibagi menjadi:
1.
Terapi
primer
Terapi primer terdiri atas diet diabetes
mellitus, latihan fisik/ olah raga dan penyuluhan kesehatan.
2.
Terapi
sekunder
Terapi sekunder terdiri atas obat antidiabetika
dan cangkok pangkreas
Mencegah diabetes melitus tipe 2, antara
lain:
·
Mempertahankan berat badan ideal dengan
mengonsumsi makanan rendah lemak.
·
Mengonsumsi makanan tinggi serat seperti buah
dan sayur.
·
Mengurangi konsumsi makanan dan minuman manis.
·
Berolahraga secara rutin dan banyak melakukan
aktivitas fisik.
·
Mengurangi waktu duduk diam terlalu lama,
seperti ketika menonton televisi.
·
Menghindari atau berhenti merokok.