Tuesday, June 30, 2020

Tinjauan Teoritis Bronchopneumonia




1.      Definisi
Bronkopneumonia adalah suatu peradangan pada parenkim paru yang meluas sampai bronkioli atau dengan kata lain peradangan yang terjadi pada jaringan paru melalui cara penyebaran langsung melalui saluran pernapasan atau melalui hematogen sampai ke bronkus.

2.      Etiologi
Penyebab tersering bronkopneumonia pada anak adalah pneumokokus seddang penyebab lainnya antara lain: streptococcus pneumonia, stapilokokus aureus, haemophilllus influenza, jamur (seperi candida albicans), dan virus. Pada bayi dan anak kecil ditemukan staphylococcus aureus sebagai penyebab yang  berat, serius dan sangat progresif dengan mortalitas tinggi.

3.      Patofisiologi
Kuman masuk kedalam jaringan paru-paru melalui saluran pernapasan dari atas untuk mencapai bronchiolus dan kemudian alveolus sekitarnya. Kelainan yang timbul berupa bercak konsolidasi yang tersebar pada kedua paru-paru, yang lebih bnayak pada bagian basal.
Pneumonia dapat terjadi sebagai akibat inhalasi mikroba yang ada diudara, aspirasi organisme dari nasofarinks atau penyebaran hematoen dari fokus infeksi yang jauh. Bakteri yang masuk keparu melalui saluran nafas masuk ke bronkioli dan alveoli, menimbulkan reaksi peradangan hebat dan menghasilkan cairan edema yang kaya protein dalam alveoli dan jaringan interstisial. Kuman pneumokokus dapat meluas melalui porus khon dari alveoli keseluruh segmen atau lobus. Eritrosit mengalami perembesan dan beberapa leukosit dan kapiler paru-paru. Alveoli dan septa menjadi penuh dengan cairan edema yang berisi eritrosit dan fibrin serta relatif sedikit leukosit sehingga kapiler alveoli menjadi melebar. Paru menjadi tidak berisi lagi, kenyal dan berwarna merah. Pada tingkat lebih lanjut, aliran darah menurun, alveoli penuh, dengan leukosit dan relative sedikit eritrosit. Kuman pneumokokus difagositosis oleh leukosit dan sewaktu resolusi berlangsung, makrofag masuk kedalam alveoli dan menelan leukosit bersama kuman pneumokokus didalamnya. Paru masuk kedalam tahap hepatisasi abu-abu dan tampek berwarna abu-abu kekuningan. Secara perlahan-lahan sel darah  merah yang mati dan eksudat fibrin dibuang dari alveoli. Terjadi resolusi sempurna, paru menjadi normal kembali tanpa kehilangan kemampuan dalam pertukaran gas.
Akan tetapi apabila proses konsolidasi tidak dapat berlangsung dengan baik maka setelah edema dan terdapatnyaeksudat pada alveolus maka membran dari alveolus akan mengalami kerusakan yang daoat mengakibatkan gangguan proses difusi osmosis oksigen pada alveolus. Perubahan tersebut akan berdampak pada penurunan jumlah oksigen yang dibawa oleh darah. Penurunan itu yang secara klinis penderita mengalami pucat sampai sianosis. Terdapatnya cairan purulent pada alveolus juga dapat mengakibatkan peningkatan tekanan pada paru, selain dapat berakibat penurunan kemampuan mengambil oksigen dari luar juga mengakibatkan berkurangnya kapasitas paru. Penderita akan berusaha melawan tingginya tekanan tersebut menggunakan otot-otot bantu pernapasan (otot interkosta) yang dapat menimbulkan peningkatan retraksi dada.
Secara hematogen mupun langsung (lewat penyebaran sel) mikroorganisme yang terdapat didalam paru dapat menyebar ke bronkus. Setelah terjadi faseperadanganlumen bronkus bersebukan sel radang kaut, terisi eksudat (nanah) dan sel epitel rusak. Bronkus dan sekitarnay penuh dengan netrofil (bagian leukosit yang banyak pada saat awal peradangan dan bersifat fagositosis)dan sedikit eksudat fibrinosa. Bronkus yang rusak akan mengalami fibrinosis dan pelebaran akibat tumpukan nanah sehingga timbul bronkiektasis. Selain itu organisasi eksudat dapat terjadi karena absorpsi yang lambat. Eksudat pada infeksi ini mula-mula encer dan keruh, mengandung banyak kuman penyebab (streptokokus, virus, dll). Selanjutnya eksudatberubah menjadi purulen, dan menyebabkan sumbatan pada lumen bronkus. Sumbatan tersebut dapat mengurangi asupan oksigen dari luar sehingga penderita mengalami sesak napas.
Terdapatnya peradangan pada bronkus dan paru juga akan mengakibatkan peningkatan produksi mukosa dan peningkatan gerakan silia paada lumen bronkus sehingga timbul peningkatan reflex batuk.
Perjalanan patofisiolgi diatas bisa berlangsung sebaliknya yaitu didahului dengan infeksi pada bronkus kemudian berkembang menjadi infeksi paru-paru.

4.      Gambaran Klinis
Bronkopneumonia biasanya didahului oelh infeksi traktus respiratorius bagian atas selam beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai
39-40°C dan kadang disertai kejang karenan demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal serta disertai pernapasan cuping hidung serta sianosis. Kadang-kadang disertai muntah dan diare. Batuk biasanya tidak ditemukan pada permulaaan penyakit, tetapi setelah beberapa hari mula-mula kering kemudian menjadi produktif. Hasil pemeriksaan fisik tergantung dari luas daerah aukultasi yang terkena. Pada perkusi sering tidak ditemukan kelainan dan pada auskultasi mungkin sering tidak ditemukan kelainan pada auskultasi mungkin hanya terdengar ronchi basah nyaring halus atau sedang. Bila sarang bronchopneumonia menajdi satu (konfluens) mungkin pada perkusi terdengar keredupan dan suara pernapasan pada aukultasi terdengar mengeras.
      Anak yang lebih besar dengan pneumonia akan lebih suka berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada. Tanda pneumonia berupa retraksi (penarikan dinding dada bagian bawah kedalam saat bernapas bersama dengan peningkatan frekuensi napas) perkusi pekak, fremitus melemah, suara nafas melemah dan ronchi. Pada neonates dan bayi kecil tanda pneumonia tidak selalu jelas. Efusi pleura pada bayi akan menimbulkan pekak perkusi.

5.      Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada anak dengan bronkopneumonia:
a.       Pemberian obat antibiotik penisikin 50000 U/kg , BB/hari ditambah dengan kloramfenikol 50-70 mg/kg BB/hari atau diberikan antibiotik yang mempunyai spectrum luas seperti ampicilin. Pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari. Pemberian obat kombinasi bertujuan untuk menghilangkan penyebab infeksi yang kemungkinan lebih dari 1 jenis juga untuk menghindari resistensi antibiotik.
b.      Koreksi gangguan asam basa dengan pemberian oksigen dan cairan intravena, biasanya diperlukan campuran glukosa 5% dan Nacl 0,9% dalam perbandingan 3:1 ditambah larutan Kcl 10mEq/500ml/botol infus.
c.       Karena sebagian besar pasien jatuh kedalam asidosis metabolik akibat kurang makan dan hipoksia, maka dapat diberikan koreksi sesuai dengan hasil analisis gas darah arteri.
d.      Pemberian makanan enteral bertahap melalui selang nasogastrik pada penderita yang sudah mengalami perbaikan sesak nafasnya.
e.       Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier seperti pemberian terapi nebulizer dengan flexotid dan ventolin. Selain bertujuan mempermudah mengeluarkan dahak juga dapat meningkatkan leher lumen bronkus.



ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN BRONCHOPNEUMONIA

                          PENGKAJIAN
1.      Identitas pasien
Nama                                 :
Umur                                 :
Jenis kelamin                     :
Alamat                              :
Agama                               :
Suku bangsa                      :
Pendidikan                        :
Tanggal kunjungan            :
Tanggal pengkajian           :
No. Med. Rec                   :

Penanggung jawab (orang tua/wali)
Ayah/ibu
Nama                     :
Umur                     :
Jenis kelamin         :
Alamat                  :
Agama                   :
Pendidikan            :
Suku bangsa          :

2.      Riwayat kesehatan
1) Adanya riwayat infeksi saluran pernapasan sebelumnya : batuk, pilek, demam.
2) Anorexia, sukar menelan, mual dan muntah.
3) Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas seperti malnutrisi.
4) Anggota keluarga lain yang mengalami sakit saluran pernapasan
5) Batuk produktif, pernafasan cuping hidung, pernapasan cepat dan dangkal, gelisah, sianosis

3.      Pengkajian riwayat keperawatan berdasarkan pola kesehatan fungsional menurut Gordon:
a.       Pola persepsi sehat-penatalaksanaan sehat
Data yang muncul sering orang tua berpersi meskipun anaknya batuk masih menganggap belum terjadi gangguan serius, biasanya orang tua menganggap anaknya benar-benar sakit apabila sudah mengalami sesak napas.

b.      Pola metabolik nutrisi
Anak dengan bronkopneumonia sering muncul anoreksia (akibat respon sistemik melalui control saraf pusat), mual dan muntah karena peningkatan rangsangan gaster sebagai dampak peningkatan toksik mikroorganisme)

c.       Pola eliminasi
Penderita sering mengalami penurunan produksi urin akibat perpindahan cairan melalui proses evaporasi karena demam.

d.      Pola tidur-istirahat
Data yang sering muncul adalah anak mengalami kesulitan tidur karena sesak napas. Penampilan anak terlihat lemah, sering menguap, mata merah, anak juga sering manangis pada malam hari karena ketidaknyamanan tersebut.

e.       Pola aktivitas-latihan
Anak tampak menurun aktifitas dan latihannya sebagai dmpak kelemahan fisik. Anak tampak lebih banyak minta digendong orang tuaya atau bedrest.

f.       Pola kognitif-persepsi
Penurunan kognitif untuk mengingat apa yang pernah disampaikan biasanya sesaat akibat penurunan asupan nutrisi dan oksigan pada otak. Pada saat dirawat anak tampak bingung kalau ditanya tentang hal-hal baru disampaikan.

g.      Pola persepsi diri-konsep diri
Tampak ambaran orang tua terhadap anak diam kurang bersahabat, suka bermain, ketakutan terhadap orang lain meningkat.

h.      Pola peran-hubungan
Anak tampak malaskalau diajak bicara baik dengan teman sebaya maupun yang lebih besar, anak lebih banyak diam dan selalu bersama dengan orang terdekat (orangtua)

i.        Pola seksualitas-reproduktif
Pada kondisi sakit dan anak kecil masih sulit terkaji. Pada anak yang sudah mengalami pubertas mungkin terjadi gangguan menstruasi pada wanita tetapi bersifat sementara dan biasanya penundaan.

j.        Pola toleransi stress-koping
Aktifitas yang sering tampak saat menghadapi stress adalah anak sering menangis, kalau sudah remaja saat sakit yang dominan muncul adalah mudah tersinggung dan suka marah.

k.      Pola nilai-keyakinan
Nilai keyakinan mungkin meningkat seiring dengan kebutuhan untuk dapat sumber kesembuhan dari Allah SWT.

4.      Pemeriksaan Fisik
a.       Status penampilan kesehatan : lemah
b.      Tingkat kesadaran : kesadarn normal, letargi, strupor, koma, apatis tergantung tingkat penyebaran penyakit.
c.       Tanda-tanda vital
1.      Frekuensi nadi dan tekanan darah: takikardi, hipertensi
2.      Frekuensi pernapasan:
Takipnea, dispnea progresif, pernapasan dangkal, pengguanaan otot bantu pernapasan, pelebaran nasal.
3.      Suhu tubuh
Hipertermi akibat penyebaran toksik mikroorganisme yang direspon oleh hipotalamus.
d.      Berat badan dan tinggi badan
Kecenderungan BB anak mengalami penurunan.
  
e.       Integument
Kulit
1.      Warna: pucat sampai sianosis
2.      Suhu
Pada hipertermi kulit terbakar panas akan tetapi setelah hipertermi teratasi kulit anak akan teraba dingin.
3.      Turgor: menurun pada dehidrasi

f.       Kepala dan mata
Kepala
1.      Perhatikan bentuk dan kesimetrisan
2.      Palpasi tengkorak akan adanya nodus atau pembengkakan yang nyata
3.      Periksa hygiene kulit kepala, adanya tidak lesi, kehilangan rambut, perubahan warna.

Data yang paling menonjol pada pemeriksaan fisik adalah pada thorax dan paru-paru
1.      Inspeksi: frekuensi irama, kedalaman dan upaya bernapas antara lain: takipnea, dispnea progresif, pernapasan dangkal, pektus ekskavatum (dada corong), paktus karinatum (dada burung), barrel chest.
2.      Palpasi: adanya nyari tekan, massa, peningkatan vocal fremitus pada daerah yang terkena.
3.      Perkusi: pekak terjadi bila terisi cairan pada paru, normalnya timpani (terisi udara) resonansi.
4.      Auskultasi: suara pernapasan yang meningkat intesitasnya:
-          Suara bronkovesikular atau bronchial pada daerah yang terkena
-          Suara pernapasan tambahan ronchi inspiratoir pada sepertiga inspirasi
  
5.      Pemeriksaan penunjang
1.      Pemeriksaan darah menunjukkan leukositosis dengan predominan PMN atau dapat ditemukan leucopenia yang menandakan prognosis buruk. Dapat ditemukan anemia ringan atau sedang.
2.      Pemeriksaan radiologi member gambaran bervariasi:
3.      Bercak konsolidasi merata pada bronkopneumonia
4.      Bercak konsolidasi satu lobus pada pneumonia lobaris
5.      Gambaran bronkopneumonia difus atau infiltrate pada pneumonia stafilokok.
6.       Pemeriksaan cairan pleura
7.      Pemeriksaan mikriobiologik, dapat dibiak dari spesimen usap tenggorok, sekresi nasofaring, bilasan bronkus atau sputum, darah, aspirasi trakea, fungsi pleura atau aspirasi paru.

No comments:

Post a Comment