Thursday, June 4, 2020

LAPORAN PENDAHULUAN CIDERA KEPALA RINGAN (CKR)





A.    Pengertian
Cidera Kepala Ringan (CKR) adalah cidera yang dapat mengakibatkan kerusakan  otak  akibat perdarahan dan pembengkakan otak sebagai respon terhadap cedera dan penyebab peningkatan Tekanan Intra Kranial (TIK) (Brunner & Suddarth, 2002).
Cidera kepala yaitu adanya defornitis berupa penyimpanan bentuk atau penyimpangan garis pada tulang tengkorak, percepatan dan pelambatan (accelerasi descelerasi) yang merupakan perubahan bentuk dipengaruhi oleh perubahan peningkatan pada percepatan faktor dan penurunan percepatan, serta rotasi yaitu pergerakan pada kepala dirasakan juga oleh otak sebagai akibat pada tindakan pencegahan.

B.     Etiologi
1.      Cidera kepala primer yaitu cidera yang terjadi akibat langsung dari trauma :
a.       Kulit      : vulnus, laserasi, hematoma subkutan, hematoma subdural
b.      Tulang   : Fraktur Lineal, Fraktur bersih kranial, fraktur infresi (tertutup dan terbuka)
c.       Otak      : cidera kepala primer, robekan dural, confusion (ringan, sedang, berat)
                Difusi laterasi
2.      Cidera kepala sekunder yaitu cidera kepala yang disebabkan oleh komplikasi
a.       Oedema otak
b.      Hipoksia otak
c.       Kelainan ………..
d.      Kelainan saluran  nafas
e.       Syok

C.    Jenis – Jenis Cedera Kepala
Terdapat beberapa jenis cidera kepala sebagian langsung menyebabkan kehilangan kesadaran sedangkan yang lain menimbulkan efek yang lambat.
Jenis – jenis cidera kepala yaitu :
1.      Kontusio adalah cedera kepala tertutup ditandai oleh hilangnya kesadaran
2.      Hematoma Epidural adalah penimbunan darah diatas durameter
3.      Hematoma Subdural adalah penimbunan darah dibawah durameter, tetapi diatas membran arachnoid.
4.      Perdarahan Sub Arachnoid adalah akumulasi darah dibawah membrane arachnoid, tetapi diatas piameter
5.      Hematoma Intra Serebrum adalah perdarahan didalam otak

D.    Manifestasi Klinis
1.      Pada kontusio kehilangan resudaran segera pada hematoma, kesadaran mungkin hilang, atau bertahap seiring dengan membesarnya hematoma
2.      Abnormalitas pupil
3.      Pola nafas tidak dapat muncul segera progresif menjadi abnormal
4.      Nyeri kepala dapat muncul segera atau bertahap seiring dengan peningkatan TIK
5.      Dapat timbyul muarah akibat peningkatan TIK
6.      Mungkin timbul gangguan penglihatan dan pendengaran serta disfungsi sengsori (Elisabeth,J.2001)

E.     Patofisiologi
Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan glukosa dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan didalam sel – sel saraf hamper seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak mempunyai cadangan oksigen, jadi kekurangan aliran darah ke otak walaupun sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi demikian pula dengan kebutuhan dengan kebutuhan oksigen sebagai bahan bakar metabolisme otak tidak boleh kurang dari 20 mg %, karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25 % dari seluiruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai 70 % akan terjadi gejala-gejala permulaan difungsi cerebral.
Pada saat otak mengalami hipoksia, tubuh berusaha memenuhi kebutuhan oksigen melalui proses metabolic anaerob yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah pada kontusio berat, hipoksia atau kerusakan otak akan terjadi penimbunan asam laktat akibat metabolisme anaerob. Hal ini akan menyebabkan asidosis metabolik. Dalamkeadaan normal cerebral blood flow (EBF) adalah 50-60 ml / menit / 100 gr. Jaringan otak, yang merupakan 15 % dari cardiac output akibat adanya perdarahan otak akan mempengaruhi tekanan vaskuler, dimana penurunan tekanan vaskuler menyebabkan pembuluh darah artenol akan berkontraksi.

 F.    Path Way



G.    Penatalaksanaan
Pada cedera kulit kepala, suntikan prokain melalui subkutan membuat luka muda dibersihkan dan diobat. Daerah luka di irigasi untuk mengeluarkan benda asing dan meminimalkan masuknya infeksi sebelum laseri di tutup. Pedoman resusitasi dan penilaian awal
1.      Menilai jalan nafas
2.      Menilai pernafasan
3.      Menilai sirkulasi
4.      Obati kejang
5.      Menilai tigkat keparahan

H.    Komplikasi
a.       Epilepsi pasca trauma
b.      Afasia
c.       Amnesia
d.      Diabetes Insipidus
e.       Kejang pasca trauma

I.       Pemeriksaan Penunjang
a.       X-Ray atau CT – Scan
b.      MRI
c.       Pemeriksaan Lab
d.      EEG

No comments:

Post a Comment