Wednesday, July 22, 2020

DHF (Dengue Haemoragic Fever) adalah



Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegyph (Sri Rezeki H. Hadinegoro, Soegeng, dkk, 2004).
Demam berdarah dengan (DBB) ialah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama (Arif Mansjoer, dkk, 2000).
Dengue Hemoragic Fever (DHF) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengaue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan kematian terutama pada anak (Nursalam, 2005).
Dengue Hemoragic Fever /demam berdarah dengue adalah penyakit febris-virus akut, seringkali dengan sakit kepala, nyeri tulang atau sendi dan otot, ruam dan leucopenia sebagai gejalanya (Monica Ester, 1999).


Penyebab Virus Dengue berdasarkan Usia
Demam berdarah dengue (DBD) /DHF adalah penyakit demam yang berlangsung akut menyerang baik dewasa maupun anak-anak tetapi lebih banyak menimbulkan korban pada anak-anak berusia > 15 tahun (Thomas Surusa, Ali Imran Umar, 2004).
Nyamuk aedes aegyph maupun aedes aibopictus merupakan vector penular virus dengue dari penelitian kepada orang lain dengan melalui gigitannya. Nyamuk betina lebih menyukai menghisap darah korbannya pada siang hari terutama pada waktu pagi hari dan senja hari (Alan R. Tumbelaka, 2004).

Penyebaran Virus Dengue berdasarkan Geografi
Penyakit ini terdapat di daerah tropis dan sub tropis terutama di negara Asean dan Asia. Pasifik Barat dan menimbulkan epidemic di Asia Tenggara terutama di Indonesia, Thailand, dan Filipina. (Sumarno Poorwo Soedarman, 2004).


Patofisiologi
            Fenomena patofisiologi yang utama pada penderita DHF adalah meningkatny permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma keruang ekstra seluler.
            Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk kedalam tubuh penderita adalah vitemia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie), hyperemi tenggorokan, pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (hepatomegli) dan pembesaran limpa. Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi dan hipoprotenia serta efusi pleum dan renjatan (syok). Gangguan hemostatis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu : perubahan vaskuler, trombositopenia dan gangguan koagulasi. Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20%) menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena.

          Kriteria klinis DBD / DHF menurut WHO (1997)
1        Demam mendadak tinggi selama 2-7 hari, kemudian turun demam disertai gejala tidak spesifik, seperti anoreksia, malaise, nyeri pada punggung, tulang, persendian dan kepala.
2        Perdarahan (termasuk uji bendung positif) seperti petekie, epistaksis, hematemosis, melene.
3        Hepatomegali
4        Syok : nadi kecil dan cepat dengan tekanan nadi < 20 mmHghipotensi disertai gelisah dan akral dingin.
5        Konsentrasi (kadar Ht > 20% dan normal)
(Alan R. Tumbelaka, 2004).
         
Selain demam dan perdarahan yang merupakan ciri khas DHF, gambaran lain yang tidak khas dan biasa dijumpai pada penderita DHF adalah :
a)      Keluhan pada saluran pernapasan seperti batuk, pilek, sakit waktu menelan.
b)  Keluhan pada saluran pernapasan : mual, muntah, tidak nafsu makan (anoreksia), diare, konslipasi.
c)      Keluhan sistem yang lain : nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot, tulang dan sendi, (break bone fever), nyeri otot abdomen, nyeri uluhati, pegal-pegal pada seluruh tubuh, kemerahan pada kulit, kemerahan (flushing) pada muka, pembengkakan sekitar mata, lakrinasi dan fotopobia, otot-otot sekitar mata sakit bila disentuh dan pergerakan bola mata terasa pegal.

Klasifikasi DHF
DHF diklasifikasikan berdasarkan derajat beratnya penyakit, secara klinis dibagi menjadi : (WHO, 1997).
          1.       Derajat I
                    Demam dengan uji bendung positif.
          2.       Derajat II
                                  Derajat I dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain.
          3.       Derajat III
                                  Nadi cepat dan lemah, tekanan nadi < 20 mmHg, hipotensi, akarl dingin.
          4.       Derajat IV
                    Syok berat, nadi tidak teraba, tekanan darah tak beraturan.
                            (Alan R. Tumbelaka, 2004).

Pemeriksaan Penunjang
Pada penderita DBD / DHF hematrokit mencerminkan derajat kebocoran plasma dan biasanya mendahului. Munculnya secara klinik perubahan fungsi vital (hipotensi, penurunan tekanan nadi). Sedangkan turunnya nilai trombosit biasanya mendahului naiknya hematokrit (Ngastiyah, 2005).
          Jika pasien deduga menderita DHF harus dilakukan pemeriksaan antara lain :
1        Darah pada demam dengue (DD) terdapat teokopenia pada hari ke-2 atau hari ke-3 pada demam berdarah dengue (DBD) dijumpai trombositopenia dan hemakonsentrasi, pada pemeriksaan kimia darah tampak hipoproteinemia, hiponatremia, hipoalemia, SGOT, serum glutamik piruvat transaninase (SGPT), ureum dan PH darah mungkin meningkat, reverse alkali menurun.
2        Air seni, mungki ditemukan qibuminuria ringan.
3        Sumsum tulang pada anti sakit biasa hiposeluler, kemudian menjadi hiperseluler pada hari ke-5 dengan gangguan maturasi dan pada hari ke-10 sudah kembali normal untuk semua sistem
(Sumarno Soedarmo Sunaryo Poawo, 1993).
4        Uji serologi
                                               
Penatalaksanaan Pasien DHF
1        Tirah baring atau istirahat baring.
2        Diet, makan lunak.
3        Minum banyak (2-2,5 liter /24 jam) dapat berupa jus, susu, sirup, teh manis dan beri penderita oralit.
4        Periksa Hb, Ht dan trombosit tiap hari.
5        Obat antipiretik atau kompres hangat diberikan apabila diperlukan untuk menurunkan suhu menjadi < 39o C,
6        Pada pasien dewasa, analgetik atau sedative ringan kadang-kadang diperlukan untuk mengurangi sakit kepala, nyeri otot atau nyeri sendi.
7        Bila timbul kejang dapat diberikan diazepam (kolaborasi dengan dokter).
Pada penderita dengue syok syndrome (DSS) cairan diberikan dengan diguyur dan bila tidak tampak perbaikan, penderita perlu mendapat plasma atau ekspander plasma atau dextran antara 10-20 ml /kg BB.          
Disamping itu penderita mungkin perlu mendapatkan Na-bikarbonas untuk mengatasi asidosis metabolic. Indikasi pemberian transfusi pada penderita Dengue Haemorogic Fever (DHF)  yaitu jika ada pendarahan yang jelas secara klinis dan abdomen yang makin tegang dengan penurunan Hb yang mencolok.

Pada penatalaksanaan pada penderita Dengue Haemorogic Fever (DHF) diperlukan tindakan-tindakan intensif seperti pemasangan infuse, pengambilan darah vena, arteri, kompres hangat, uji ??? dan pemasangan Nasogatik tubuh (NGT) atau sondo lambung jika perlu.
          (Sri Rezeki H. Hadinegoro, Soegeng Soegijanto, dkk, 2004).

         
Komplikasi
          1.       Ensefalopatif
          2.       Perdarahan intraktranial
          3.       Hernia batang otak
          4.       Sepsis
          5.       Pneumonia
          6.       Hidrasi berlebihan
          7.       Syok
          8.       Perdarahan otak
                    (Monica Ester, 1999).























No comments:

Post a Comment