Dengue
Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus
dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegyph (Sri Rezeki H.
Hadinegoro, Soegeng, dkk, 2004).
Demam
berdarah dengan (DBB) ialah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan
gejala utama, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk setelah dua hari
pertama (Arif Mansjoer, dkk, 2000).
Dengue
Hemoragic Fever (DHF) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus
dengaue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan menyerang semua
orang dan dapat mengakibatkan kematian terutama pada anak (Nursalam, 2005).
Dengue
Hemoragic Fever /demam berdarah dengue adalah penyakit febris-virus akut,
seringkali dengan sakit kepala, nyeri tulang atau sendi dan otot, ruam dan
leucopenia sebagai gejalanya (Monica Ester, 1999).
Penyebab Virus Dengue berdasarkan Usia
Demam berdarah
dengue (DBD) /DHF adalah penyakit demam yang berlangsung akut menyerang baik
dewasa maupun anak-anak tetapi lebih banyak menimbulkan korban pada anak-anak
berusia > 15 tahun (Thomas Surusa, Ali Imran Umar, 2004).
Nyamuk aedes
aegyph maupun aedes aibopictus merupakan vector penular virus dengue dari
penelitian kepada orang lain dengan melalui gigitannya. Nyamuk betina lebih
menyukai menghisap darah korbannya pada siang hari terutama pada waktu pagi
hari dan senja hari (Alan R. Tumbelaka, 2004).
Penyebaran Virus Dengue berdasarkan
Geografi
Penyakit
ini terdapat di daerah tropis dan sub tropis terutama di negara Asean dan Asia. Pasifik Barat dan menimbulkan
epidemic di Asia Tenggara terutama di Indonesia, Thailand, dan Filipina. (Sumarno
Poorwo Soedarman, 2004).
Patofisiologi
Fenomena patofisiologi yang utama pada penderita
DHF adalah meningkatny permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan terjadinya
perembesan plasma keruang ekstra seluler.
Hal
pertama yang terjadi setelah virus masuk kedalam tubuh penderita adalah vitemia
yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot,
pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit
(petekie), hyperemi tenggorokan, pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran
hati (hepatomegli) dan pembesaran limpa. Peningkatan permeabilitas dinding kapiler
mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi
dan hipoprotenia serta efusi pleum dan renjatan (syok). Gangguan hemostatis pada DHF menyangkut 3 faktor
yaitu : perubahan vaskuler, trombositopenia dan gangguan koagulasi.
Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20%) menunjukkan atau
menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma sehingga nilai hematokrit
menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena.
Kriteria klinis DBD / DHF menurut WHO
(1997)
1
Demam
mendadak tinggi selama 2-7 hari, kemudian turun demam disertai gejala tidak
spesifik, seperti anoreksia, malaise, nyeri pada punggung, tulang, persendian
dan kepala.
2
Perdarahan
(termasuk uji bendung positif) seperti petekie, epistaksis, hematemosis,
melene.
3
Hepatomegali
4
Syok
: nadi kecil dan cepat dengan tekanan nadi < 20 mmHghipotensi
disertai gelisah dan akral dingin.
5
Konsentrasi
(kadar Ht > 20% dan normal)
Selain demam dan perdarahan yang merupakan
ciri khas DHF, gambaran lain yang tidak khas dan biasa dijumpai pada penderita
DHF adalah :
a) Keluhan pada saluran pernapasan seperti
batuk, pilek, sakit waktu menelan.
b) Keluhan pada saluran pernapasan : mual,
muntah, tidak nafsu makan (anoreksia), diare, konslipasi.
c) Keluhan sistem yang lain : nyeri atau
sakit kepala, nyeri pada otot, tulang dan sendi, (break bone fever), nyeri otot
abdomen, nyeri uluhati, pegal-pegal pada seluruh tubuh, kemerahan pada kulit,
kemerahan (flushing) pada muka, pembengkakan sekitar mata, lakrinasi dan
fotopobia, otot-otot sekitar mata sakit bila disentuh dan pergerakan bola mata
terasa pegal.
Klasifikasi DHF
DHF diklasifikasikan berdasarkan derajat
beratnya penyakit, secara klinis dibagi menjadi : (WHO, 1997).
1. Derajat I
Demam
dengan uji bendung positif.
2. Derajat II
Derajat
I dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain.
3. Derajat
III
Nadi
cepat dan lemah, tekanan nadi < 20 mmHg, hipotensi, akarl dingin.
4. Derajat IV
Syok
berat, nadi tidak teraba, tekanan darah tak beraturan.
(Alan
R. Tumbelaka, 2004).
Pemeriksaan Penunjang
Pada penderita DBD / DHF hematrokit
mencerminkan derajat kebocoran plasma dan biasanya mendahului. Munculnya secara
klinik perubahan fungsi vital (hipotensi, penurunan tekanan nadi). Sedangkan
turunnya nilai trombosit biasanya mendahului naiknya hematokrit (Ngastiyah,
2005).
Jika
pasien deduga menderita DHF harus dilakukan pemeriksaan antara lain :
1
Darah
pada demam dengue (DD) terdapat teokopenia pada hari ke-2 atau hari ke-3 pada
demam berdarah dengue (DBD) dijumpai trombositopenia dan hemakonsentrasi, pada
pemeriksaan kimia darah tampak hipoproteinemia, hiponatremia, hipoalemia, SGOT,
serum glutamik piruvat transaninase (SGPT), ureum dan PH darah mungkin
meningkat, reverse alkali menurun.
2
Air
seni, mungki ditemukan qibuminuria ringan.
3
Sumsum
tulang pada anti sakit biasa hiposeluler, kemudian menjadi hiperseluler pada
hari ke-5 dengan gangguan maturasi dan pada hari ke-10 sudah kembali normal untuk
semua sistem
(Sumarno Soedarmo Sunaryo
Poawo, 1993).
4
Uji
serologi
Penatalaksanaan Pasien DHF
1
Tirah
baring atau istirahat baring.
2
Diet,
makan lunak.
3
Minum
banyak (2-2,5 liter /24 jam) dapat berupa jus, susu, sirup, teh manis dan beri
penderita oralit.
4
Periksa
Hb, Ht dan trombosit tiap hari.
5
Obat
antipiretik atau kompres hangat diberikan apabila diperlukan untuk menurunkan
suhu menjadi < 39o C,
6
Pada
pasien dewasa, analgetik atau sedative ringan kadang-kadang diperlukan untuk
mengurangi sakit kepala, nyeri otot atau nyeri sendi.
7
Bila
timbul kejang dapat diberikan diazepam (kolaborasi dengan dokter).
Pada
penderita dengue syok syndrome (DSS) cairan diberikan dengan diguyur dan bila
tidak tampak perbaikan, penderita perlu mendapat plasma atau ekspander plasma
atau dextran antara 10-20 ml /kg BB.
Disamping
itu penderita mungkin perlu mendapatkan Na-bikarbonas untuk mengatasi asidosis
metabolic. Indikasi pemberian transfusi pada penderita Dengue Haemorogic Fever
(DHF) yaitu jika ada pendarahan yang
jelas secara klinis dan abdomen yang makin tegang dengan penurunan Hb yang
mencolok.
Pada penatalaksanaan pada penderita Dengue
Haemorogic Fever (DHF) diperlukan tindakan-tindakan intensif seperti pemasangan
infuse, pengambilan darah vena, arteri, kompres hangat, uji ??? dan pemasangan
Nasogatik tubuh (NGT) atau sondo lambung jika perlu.
(Sri
Rezeki H. Hadinegoro, Soegeng Soegijanto, dkk, 2004).
Komplikasi
1. Ensefalopatif
2. Perdarahan
intraktranial
3. Hernia batang
otak
4. Sepsis
5. Pneumonia
6. Hidrasi
berlebihan
7. Syok
8. Perdarahan
otak
(Monica Ester, 1999).